Prediksi terkait dengan gaya hidup yang lebih menyukai makanan sehat, makin giat berolahraga, hingga memilih menghabiskan uang untuk segala sesuatu yang sifatnya rekreasi, saat ini makin sering disebut sebagai penyebab berkurangnya konsumsi ritel di masyarakat. Dalam istilah ekonominya, ada Shifting yang terjadi, jika sebelumnya orang Indonesia gemar berbelanja, di zaman NOW orang lebih menggemari leisure economy.
Leisure dan Experience sudah menjadi bagian dari “kebutuhan pokok” generasi Millenial sehari-hari dan tak lepas darinya. Tidak beda jauh dengan kebutuhan akan wifi , Instagram atau Facebook. Peristiwa akan sesuatu yang memorable dan semakin mendatangkan banyak likes, comments, dan shares.
Everbrite-Harris Poll pernah berkata seperti ini : “For millennials, happiness isn’t as focused on possessions or career status. Living a meaningful, happy life is about creating, sharing and capturing memories earned through experiences.”
“Bagi generasi milenial, kebahagiaan tidak berfokus pada kepemilikan atau status karier. Menjalani kehidupan yang bermakna dan bahagia adalah tentang menciptakan, berbagi, dan menangkap kenangan yang diperoleh melalui pengalaman. ”
Pemikiran generasi millenial sangat berbeda dari generasi yang lebih tua, dan memiliki pandangan yang berbeda untuk brand ataupun merek ternama. Permintaan mereka akan momen dan aktivitas yang berkesan atas barang-barang material telah menciptakan apa yang oleh banyak orang disebut leisure economy. Perjalanan dan berbagai pengalaman yang terkandung di dalamnya akan terus tumbuh sebagai hasilnya. Tetapi karena semakin banyak generasi Millenial bepergian, semakin banyak industri travelling perlu berubah untuk memenuhi keinginan mereka.
Bagi generasi millenial, travelling bukan lagi usaha yang direncanakan untuk dipersiapkan dan dipesan dengan baik sebelumnya. Ini adalah petualangan yang dapat terjadi kapan saja, secara mendadak, sering dalam rentang akhir pekan atau beberapa hari, tetapi harus diulang berkali-kali dalam setahun. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satu pemicunya adalah Media Sosial.
Para millenial muda melihat teman dan influencer favorit mereka memposting gambar dan video dari tempat yang mereka kunjungi. Keinginan generasi millenial untuk "keluar dari sini dan pergi ke sana," terus-menerus diuji. Maskapai penerbangan berbiaya rendah adalah sarana mereka untuk mencapai tujuan. Seorang milenial mungkin ragu dengan biaya transportasi yang mahal, tetapi ketika harga tiket pesawat sangat terjangkau, perjalanan harus ditempuh. Airbnb menawarkan pilihan yang lebih murah bagi kaum Millenial untuk menemukan akomodasi di mana pun mereka memutuskan untuk pergi, serta dengan bantuan Google maps yang sangat berharga, terutama untuk mendapatkan arahan saat berpetualang ke luar negeri.
Jadi, kalau Generasi yang lebih tua bisa pamer baju, sepatu, mobil, atau iPhone yang dimilikinya, maka kini Millenial muda memamerkan liburan di mana, nonton film apa, dine-out di mana, mendengarkan musik apa, nongkrong di mana, atau jalan-jalan weekend di mall apa. Dan itu begitu mudah di-share melalui akun seperti Instagram ataupun Facebook.
Fenomena leisure economy membuat masyarakat Indonesia tidak lagi berselera membeli barang (material goods) namun lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman (experience). Penjelasan terakhir ini disambut positif dari banyak pihak karena secara praktis dapat dikaitkan dengan peningkatan bisnis di sektor pariwisata, transportasi, hiburan, makanan dan minuman di banding tahun-tahun sebelumnya.
Ketika milenial jaman sekarang sudah berubah sedemikian rupa menjadi experience consumers, secara mendasar pula strategi Anda harus diubah. Maka apapun bisnisnya di tahun ini, Anda harus mengubah pola pikir bisnis dari “goods-mindset” ke “leisure-mindset”. Anda harus menyuntikkan experience ke dalam produk dan layanan Anda