Perkembangan Unicorn Di Indonesia

Category:  Business

Perkembangan Unicorn dinilai sangat pesat di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak raksasa investor teknologi yang lebih melirik untuk berinvestasi Indonesia dibanding negara tetangganya Malaysia. Banyaknya populasi generasi millenial anak muda (Generasi kelahiran tahun 1981 - 1996) di Indonesia merupakan salah satu tumbuh pesatnya startup yang berpotensi menjadi Unicorn di Indonesia.

Perkembangan Startup Unicorn Di Indonesia

Istilah unicorn pertama kali dicetuskan oleh seseorang yang bernama Aileen Lee yang merupakan seorang investor venture capital. Unicorn adalah salah satu hewan mitologi berupa kuda bertanduk satu. Unicorn tidak benar-benar ada, bermakna sangat langka dan bahkan mungkin mustahil ada.

Startup Unicorn

Pendiri startup ini umumnya orang-orang yang masuk dalam kategori generasi milenial yang lahir di antara tahun 1981 dan 1996. Itu berarti, saat ini, milenial berusia sekitar 23 hingga 38. Kebanyakan startup unicorn ternyata dilahirkan dan dibesarkan oleh milenial. Usia rata-rata founder startup adalah 34 tahun.

Untuk saat ini ada sekitar 5 Unicorn yang berasal dari Indonesia. Dimana Unicorn adalah istilah untuk perusahaan rintisan atau bisa disebut dengan startup dengan nilai kapitalisasi lebih dari $1 miliar atau bernilai sekitar 14 triliun rupiah.

Menurut sumber data yang berasal dari CB Insights, berikut adalah data dari ke 5 startup unicorn di Indonesia adalah:

1. Gojek, bidang layanan antar, dengan valuasi 9 miliar USD (Desember 2018)

2. Tokopedia, bidang e-commerce, dengan valuasi 7 miliar USD (Desember 2018)

3. OVO, bidang teknologi finansial, dengan valuasi 2,9 miliar USD (Maret 2019)

4. Bukalapak, bidang e-commerce, dengan valuasi 2,5 miliar USD (November 2017)

5. Traveloka, bidang travel, dengan valuasi 2 miliar USD (Juli 2017)

Para investor menilai, tren perkembangan startup di Indonesia akan terus berlanjut di tahun ini dan akan ada beberapa startup di sektor potensial yang berpeluang menjadi Unicorn.

Beberapa sektor startup teknologi yang dilirik sebagian Investor adalah sektor layanan e-commerce dan marketplace (Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Lazada), layanan jasa antar (Gojek, J&T, Sicepat), Travel (Traveloka, Tiket.com), Fintech (Teknologi Layanan Keuangan seperti OVO, Kredivo, Ajaib, XendIt, Midtrans, DANA, dll), Edutech (Teknologi Jasa Pendidikan seperti RuangGuru) dan Healthtech (Teknologi Layanan Kesehatan seperti HaloDoc).

Terdapat kurang lebih 225 startup di seluruh dunia yang berstatus unicorn, 5 di antaranya berasal dari Indonesia. Untuk saat ini status itu diraih oleh Gojek, Tokopedia, OVO, Bukalapak dan Traveloka. Kemungkinan besar Unicorn akan bertambah lagi dengan melihat potensi startup yang berkembang sangat pesat di Indonesia.

Gojek sebagai salah satu startup yang menyandang status Unicorn pertama di Indonesia memiliki visi yang akan selalu berinovasi terhadap produk bar, pengembangan layanan periklanan digital, dan meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) di bidang digital.

Istilah startup sendiri dikaitkan dengan perusahaan teknologi yang umurnya kurang lebih masih dibawah 10 tahun tapi berkembang sangat pesat seiiring pertumbuhan ekonomi di bisnis digital di pasar Indonesia yang begitu luas dan menjanjikan.

Pemerintah Indonesia terus mengupayakan dukungan terhadap pertumbuhan startup bisnis di dalam negeri dengan mengadakan beberapa acara untuk pertemuan para investor dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Indonesia dinilai memiliki daya tarik bagi Modal Ventura Asing. Hal ini dikarenakan populasi negara Indonesia yang besar dan masyarakat internet ekonomi yang sangat luas serta hal ini menunjang ekosistem digital yang baik di Indonesia.

Sebagai contohnya adalah startup di bidang teknologi keuangan (Fintech) yang dinilai semakin berkembang di Indonesia dan dapat menyentuh masyarakat Indonesia yang unbank (belum punya rekening Bank). Teknologi ini memudahkan aktivitas finansial 92 juta jiwa masyarakat Indonesia yang belum tersentuh perbankan. Hasilnya ada lebih dari 74 trilium pinjaman online. Industri fintech terus menarik minat masyarakat digital meskipun dihadang tantangan kepercayaan konsumen terhadap layanan ini.

Saat ini saham startup lokal banyak dikuasai asing , hal ini dikarenakan aspek market size (ukuran pasar) yang besar dan sumber pembiayaan investasi pada startup berasal dari venture capital yang saat ini belum berkembang pesar di Indonesia. Hal ini membuat banyak startup lokal mendapat pembiayaan dari para Investor asing.

Dengan pasar Indonesia yang begitu luas lalu dilakukan pemanfaatan data pribadi untk pemasaran atau market intelligences. Dengan gunakan big data mereka bisa petakan prilaku konsumen indonesia untk memasarkan produk dari perusahaan lain yg terafiliasi.